Investor BSI Tinggal Bank Mandiri, Pasca Mundurnya BRI dan BNI

Investor BSI

BUMNREVIEW.COM, Jakarta – Investor BSI (Bank Syariah Indonesia) yang baru mulai dicari oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara.

Pasalnya selama ini investor BSI adalah bank BUMN, dan berencana keluar dari bank yang baru dibentuk tersebut.

BSI dibentuk pada 1 Februari 2021 oleh Presiden Joko Widodo dari merger tiga bank syariah BUMN, yaitu Bank BRIsyariah Tbk, Bank Syariah Mandiri dan Bank BNI Syariah.

Namun setelah dua tahun berjalan, BNI dan BRI yang merupakan pemegang saham BSI menyatakan akan keluar dan menarik sahamnya.

Hal ini disampaikan Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo dan menyatakan pihaknya kini mulai mencari investor pengganti.

Tercatat porsi saham Seri B BSI yang dimiliki BNI sebanyak 23,24 persen, BRI 15,38 persen, Bank Mandiri 51,47 persen dan 9,91 persen dimilik publik.

Kartika menyebutkan dalam waktu dekat BRI dan BNI keluar secara perlahan dan Kementerian BUMN akan melihat potensi pasarnya untuk menggaet investor BSI yang baru.

“Kita lihat opportunity seperti apa, kira-kira siapa yang bisa menggantikan sebagai pemegang saham dan berapa besarnya,” kata Kartika dalam acara BSI Global Islamic Finance Summit 2023, Rabu (15/2/2023).

Dengan keluarnya BRI dan BNI, maka tersisa satu bank BUMN lagi yaitu Bank Mandiri sebagai pemegang saham pengendali BSI, sementara pemerintah tetap memegang saham Seri A Dwiwarna.

Menurutnya langkah penting yang perlu dilakukan untuk mendatangkan investor BSI adalah memperluas pangsa pasar BSI di kancah global.

Dengan begitu potensi masuknya investor strategis bisa semakin terbuka dari perusahaan global yang diharapkan mampu menaikkan kelasnya BSI menjadi pemain di level global pula.

“Terkait hal ini, kami telah berkoordinasi dengan sejumlah investor potensial dari perbankan global agar nantinya BSI juga bisa naik menjadi bank kelas dunia,” ungkapnya.

Bicara soal kinerja di tahun 2022, BSI mencatatkan prestasi gemilang dengan meraup laba hingga Rp4,26 triliun, naik 40,68 persen secara tahunan (yoY).

Pertumbuhan laba ini merupakan dampak positif dari peningkatan aset bank mencapai Rp305,7 triliun, naik 15,24 persen secara tahunan.

Pencapaian itu juga didapat dari pertumbuhan bisnis BSI yang sehat dari segmen retail dan wholesale, dan peningkatan dana murah, kualitas pembiayaan, efisiensi, efektivitas biaya dan fee based income (FBI).

Bank berkode BRIS juga berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp261,49 triliun, naik 12,11 persen dan penyaluran kredit Rp207,7 triliun yang tumbuh 21,26 persen. []