Pendapatan LinkAja Meningkat Drastis, Target Tumbuh 80 Persen Tahun Ini

Pendapatan LinkAja

BUMNREVIEW.COM, Jakarta – Pendapatan LinkAja sepanjang tahun 2022 mengalami peningkatan drastis.

Perseroan mencatat pendapatan operasional (revenue growth) tumbuh sekitar 30 persen dan beban operasional (operational expense) turun lebih dari 50 persen.

Tingginya pendapatan LinkAja di tahun 2022 ditargetkan bisa lebih optimal di tahun ini yaitu lebih dari 80 persen.

Direktur Keuangan dan Strategi LinkAja Reza Ari Wibowo mengatakan, perseroan telah menerapkan digital financial solutions dengan kolaborasi BUMN, terutama pada kosistem Telkomsel, Pertamina, dan Himbara.

Menurutnya, hal ini sejalan dengan fokus perusahaan dalam memperkuat fundamental bisnis yang sustainable dan terbukti berdampak pada peningkatan pendapatan LinkAja.

“Kami proyeksikan pendapatan LinkAja tahun ini akan naik signifikan sebesar lebih dari 80 persen, dengan tetap fokus pada ekosistem BUMN yang lebih komprehensif dan berkesinambungan,” kata Reza dalam keterengan resminya, Kamis (16/2/2023).

Untuk mencapai target itu, perseroan akan menggandeng beberapa perusahaan di bawah kementerian BUMN untuk memperbesar user base tanpa biaya akuisisi dan retensi.

Ia mencontohkan di ekosistem Telkomsel, LinkAja telah mendigitalisasi supply chain lebih dari 300 ribu retailer dengan kenaikan pendapatan 90 persen.

Kemudian pada layanan Bank Himbara naik 80 persen, dan peningkatan terbesar terjadi pada aplikasi MyPertamina dengan pendapatan eksponensial sebesar 1600 persen.

“Keberhasilan ini didukung ekosistem BUMN dan model bisnis yang efisien sehingga mampu menurunkan biaya dengan tetap meningkatkan pendapatan,” ungkapnya.

Tercatat EBITDA LinkAja di tahun 2022 mampu ditekan lebih dari 60 persen dibandingkan dengan 2021, yang membuktikan upaya perusahaan sudah on-track.

Reza Ari Wibowo optimis di tahun ini beban operasional masih bisa diturunkan lagi hingga 35 persen guna meraup laba yang lebih besar.

Ia menyebut capaian laba LinkAja yang tumbuh signifikan bisa tercapai meski di tengah situasi industri teknologi yang penuh tantangan

Namun hal itu tidak mudah karena perusahaan harus berani menutup layanan yang memiliki komponen biaya tinggi dengan tetap menjaga kualitas layanan kepada pengguna.

Sejak tahun 2021, perusahaan ini telah mengakusisi digital lending yang ditransformasi menjadi LinkAja Modalin yang mencakup tiga pembiayaan, yaitu Invoice Financing, Retailer Financing serta Agri ecosystem Financing. []